Friday, July 8, 2011

Perkembangan Individu

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Kematangan dan belajar memainkan peranan yang sangat penting dalam proses perkembangan individu. Dalam bukunya, Elizabeth B.Hurlock mengemukakan tiga fakta penting yang mengungkapkan keterkaitan antara belajar dan kematangan yang memiliki peranan penting terhadap proses perkembangan individu sebagai berikut :
       I.      setiap individu memiliki perbedaan dalam kepribadian, sikap-sikap dan pola perilaku yang dipengaruhi oleh kematangan dan kemampuan dirinya untuk belajar.
    II.      kematangan individu memberikan batasan akan pencapaian hasil belajar sekalipun hal itu dilakukan dengan metode yang paling disukai dan didorong oleh motivasi yang berasal dari dalam dirinya. Kegagalan dapat pula disebabkan oleh factor genetis yang dimiliki individu tersebut, yang mengakibatkan sulitnya mengembangkan potensi yang dimilikinya..
Pertumbuhan dan belajar mendapat tempat dan menjadi fokus yang sangat dititikberatkan di bidang kajian psikologi perkembangan manusia. Tarikan ini didorong oleh keunikan konflik yang wujud di dalam diri remaja semasa melalui proses transformasi antara alam kanak-kanak menuju alam kedewasaan. Kewujudan konflik ini menyebabkan remaja sering dilihat oleh masyarakat sebagai golongan minoriti yang gemar mencetuskan perilaku salah dan memiliki keadaan minda yang tidak seimbang.
Proses perkembangan individu dalam proses belajar dimulai dari melepaskan zaman kanak-kanak hingga masa tua untuk membina asas kematangan alam dewasanya, menjadikan individu mengatasi konflik sosial di antara pembentukan identitas diri dengan kekeliruan peranannya dalam kehidupan..



1.2 Tujuan Penulisan
            Dalam penulisan makalah ini, kami mempunyai tujuan antara lain :
  1. Untuk memenuhi tugas Mata kuliah Perkembagan Individu, Dosen pengampu ialah   H. Sudjatmo, S. Pd.
  2. Memperluas wawasan mengenai hubungan antara perkembangan individu dengan belajar
  3. Mengetahui tahap-Tahap Perkembangan Pribadi Manusia

1.3 Sistematika Penulisan
JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I             PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
1.2  Tujuan Penulisan
1.3  Sistematika Penulisan
BAB II                        PERMASALAHAN
BAB III          PEMBAHASAN
3.1 Pengertian dan Prinsip-prinsip Perkembangan Individu
                                    1.1.1. Pengertian Perkembangan Individu
1.1.2 Prinsip-Prinsip Perkembangan
3.2 ciri-ciri dan Aspek perkembangan Individu
2.1.1 Ciri-ciri Perkembangan Individu
2.1.2  aspek-aspek yang mempengaruhi perkembangan meliputi:
3.3.   Pengertian dan Hakekat Belajar
3.1.1 Pengertian Belajar
                              3.1.2 Hakekat Belajar
           3.4 Hubungan Proses Perkembangan Individu dengan belajar
            4.1.1  Tugas-tugas Perkembangan pada pembelajaran
                  4.1.1.1  Tugas Perkembangan Anak Usia Dini
                  4.1.1.2  Tugas Perkembangan Anak Usia Sekolah
                  4.1.1.3  Tugas Perkembangan Anak Remaja
BAB IV          PENUTUP 
4.4.1  Kesimpulan
4.4.2  Kritik dan Saran
DAFTAR PUSTAKA



BAB II
PERMASALAHAN
          Dalam hubungannya perkembangan dengan belajar  dapat diartikan sebagai perubahan kuantitatif pada materiil sesuatu sebagai akibat dari adanya pengaruh kepribadian. Perubahan individu ini dapat berupa pembesaran atau pertambahan dari tidak ada menjadi ada, dari kecil menjadi besar, dari sedikit menjadi banyak, dari sempit menjadi luas, dan sebagainya. Ini tidak berarti, bahwa pembelajaran itu hanya berlaku pada hal-hal yang bersifat kuantitatif, karena tidak selamanya materiil itu kuantitatif. Materil dapat terdiri dari bahan-bahan kuantitatif, dapat pula materil terdiri dari bahan-bahan kualitatif. Jadi, materiil itu dapat terdiri dari kualitas ataupun kuantitas. Kenyataan inilah yang barangkali membuat orang mengalami kesulitan dalam membedakan antara perkembangan dengan belajar. Salah satu kendala terkadang manusia tidak mengetahui bahwa perkembangan individu karena hasil dari proses belajar, dalam hal ini yan menjadi pertanyaan adalah :
1)      Kapankah proses belajar itu dimulai dan kapankah berakhir ?
2)      Bagaimana hubungan antara perkembagan individu dengan prose belajar ?

Oleh karena itu dalam bab Pembahasan selanjutnya akan kita uraikan jawaban-jawaban yang menjadi topik permasalahan diatas.











BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Pengertian dan Prinsip-prinsip Perkembangan Individu
      3.1.1. Pengertian Perkembangan Individu
            Perkembangan individu merupakan suatu perubahan, dan perubahan ini tidak bersifat kuantitatif, melainkan kualitatif. Perkembangan tidak ditekankan pada segi materiil, melainkan pada segi fungsional. Dari uraian ini perkembangan dapat diartikan sebagai perubahan kualitatif dari pada fungsi-fungsi.
      3.1.2 Prinsip-Prinsip Perkembangan
a.Perkembangan merupakan proses yang tidak pernah berhenti (never ending proses)
b.Semua aspek perkembangan saling mempengaruhi.
c.Perkembangan mengikuti pola atau arah tertentu.
d.Perkembangan terjadi pada tempo yang berlainan.
e.Setiap fase perkembangan mempunyai ciri khas.
f.Setiap individu yang normal akan mengalami tahap atau fase perkembangan.
3.2 ciri-ciri dan Aspek perkembangan Individu
       3.2.1 Ciri-ciri Perkembangan Individu
1. Terjadinya perubahan dalam aspek :
  • Fisik; seperti : berat dan tinggi badan.
  • Psikis; seperti : berbicara dan berfikir.
2. Terjadinya perubahan dalam proporsi.
  • Fisik; seperti : proporsi tubuh anak berubah sesuai dengan fase perkembangannya.
  • Psikis; seperti : perubahan imajinasi dari fantasi ke realistis.
3. Lenyapnya tanda-tanda yang lama.
  • Fisik; seperti: rambut-rambut halus dan gigi susu, kelenjar thymus dan kelenjar pineal.
  • Psikis; seperti : lenyapnya masa mengoceh, perilaku impulsif.
4. Diperolehnya tanda-tanda baru.
  • Fisik; seperti : pergantian gigi dan karakteristik sex pada usia remaja, seperti kumis dan jakun pada laki dan tumbuh payudara dan menstruasi pada wanita, tumbuh uban pada masa tua.
  • Psikis; seperti berkembangnya rasa ingin tahu, terutama yang berkaitan dengan sex, ilmu pengetahuan, nilai-nilai moral dan keyakinan beragama.

     3.2.3  aspek-aspek yang mempengaruhi perkembangan meliputi:
1)      Anak sebagai keseluruhan
Anak sebagai keseluruhan tumbuh oleh kondisi dan interaksi dari setiap aspekepribadianyang ia miliki.
2)      Umur mental anak mempengaruhi perkembangannya
     Umur mental anak mempengaruhi kapasitas mentalnya. Kapasitas mental anak menentukan prestasi belajarnya.
3)      Permasalah tingkah laku sering berhubungan dengan pola-pola perkembangan
      Kita harus menyadari, bahwa perkembangan situasi-situasi menimbulkan tertentu yang menimbulkan problem-problem tingkah laku.
4)      Penyesuaian pribadi dan sosial mencerminkan dinamika pertumbuhan
Peristiwa-peristiwa yang terjadi pada anak akibat perkembangan dan setelah dihadapkan dengan tantangan kultur masyarakat terutama harapan-harapan orangtua, guru-guru dan teman-teman sebayanya, tercermin di dalam penyesuaian sosialnya.
3.3.   Pengertian dan Hakekat Belajar
3.3.1 Pengertian Belajar
Belajar adalah suatu kata yang sudah akrab dengan semua lapisan masyarakat. Bagi para pelajar atau mahasiswa kata “belajar” merupakan kata yang tidak asing. Bahkan sudah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari semua kegiatan mereka dalam menuntut ilmu di lembaga pendidikan formal. Kegiatan belajar mereka lakukan setiap waktu sesuai dengan keinginan. Entah malam hari, siang hari, sore hari atau pagi hari.
3.3.2 Hakekat Belajar    
Belajar merupakan proses orang memperoleh berbagai kecakapan, keterampilan, dan sikap. (Margaret Gredler, terj Munandar, 1994; hlm 1). Dengan belajar peserta didik dapat mengetahui hal-hal yang baru dan dapat meningkatkan pengetahuan yang dimilikinya, mengubah dari tidak tahu menjadi tahu, dari yang salah menjadi benar, dan dari kurang baik menjadi baik. Seperti yang dikatakan oleh Riberu, bahwa belajar merupakan proses dan dalam proses ini orang berkenalan dengan salah satu pola  memperbaiki salah satu pola tingkah laku yang telah dikuasainya. (Riberu, 1982; hlm 10) Selain itu Riberu juga mengatakan, belajar bisa berarti berkenalan dengan atau memperbaiki pemikiran, berkenalan dengan atau memperbaiki turturan bicara, berkenalan dengan atau memperbaiki tindakan/kegiatan.
Dengan kata lain, belajar merupakan suatu upaya untuk memperbaiki, mengembangkan, bahkan meningkatkan kemampuan afektif, psikomotorik, dan kinestetik peserta didik.
Kegiatan belajar yang dilakukan oleh peserta didik harus seimbang antara otak kanan dan kiri. Untuk mencapai hal tersebut, sebaiknya proses belajar tidak hanya dilaksanakan dengan metode konservatif (ceramah/DDCH -> Duduk, dengar, catat, dan hafal), tetapi juga metode-metode lain yang dapat merangsang keaktifan peserta didik.
Belajar bisa melalui pengalaman melibatkan peserta didik secara langsung dalam masalah atau isu yang dipelajari. Sehingga peserta didik dapat lebih aktif dan menerima pelajaran dengan baik. Bukan sebaliknya cepat jenuh, bosan, dan sebagainya.
Belajar aktif dan menyenangkan (biasa dikenal dengan ‘Learning/ Learning by Fun’) dapat menstimulus kreativitas peserta didik dalam proses belajar.
3.4 Hubungan Proses Perkembangan Individu dengan Belajar
·  Kematangan dan belajar memainkan peranan yang sangat penting dalam proses perkembangan individu.
·  Dalam bukunya, Elizabeth B.Hurlock mengemukakan tiga fakta penting yang mengungkapkan keterkaitan antara belajar dan kematangan yang memiliki peranan penting terhadap proses perkembangan individu sebagai berikut :
  • Menurut Dewey, “Experience is the only basis for knowledge and setiap individu memiliki perbedaan dalam kepribadian, sikabp-sikap dan pola perilaku yang dipengaruhi oleh kematangan dan kemampuan dirinya untuk belajar.
  • kematangan individu memberikan batasan akan pencapaian hasil belajar sekalipun hal itu dilakukan dengan metode yang paling disukai dan didorong oleh motivasi yang berasal dari dalam dirinya. Kegagalan dapat pula disebabkan oleh factor genetis yang dimiliki individu tersebut, yang mengakibatkan sulitnya mengembangkan potensi yang dimilikinya..
·  belajar dan pelatihan erat kaitannya dengan jadual yang terencana yang menunjukkan kesiapan individu untuk melakukan kegiatan belajar, kapan belajar itu dilakukan dan harus dilakukan. Harris dalam Hurlock, menekankan pentingnya memperoleh kegiatan belajar bila individu itu sudah siap. “Mungkin orang yang terlambat untuk melakukan pelatihannya tidak akan merealisasikan segala kemampuannya”.
·  Pengalaman itu mencakup segala aspek kegiatan manusia, baik yang berbentuk aktif maupun yang pasif. Mengetahui tanpa mengalami adalah omong kosong.
·  Pendidikan merupakan reorganisasi dan rekonstruksi yang konstan dari pengalaman. Pada setiap saat ada tujuan, perbuatan pendidikan selalu ditujukan untuk mencapai tujuan. Pada setiap fase perkembangan kehidupan individu, mulai dari masa kanak-kanak, masa pemuda, dan dewasa, dapat dikatakan sebagai fase pendidikan. Semua yang dipelajari pada fase-fase tersebut mempunyai arti sebagai pengalaman. Pendidikan itu tidak akan pernah berakhir, kecuali kalau seseorang sudah mati.
·  Tujuan pendidikan diarahkan untuk mencapai suatu kehidupan yang demokratis. Demokratis bukan dalam arti politik, melainkan sabagai cara hidup bersama sebagai way of life, pengalaman bersama dan komunikasi bersama. Tujuan pendidikan terletak pada proses pendidikan itu sendiri, yakni kemampuan dan keharusan individu meneruskan perkembangannya.
·  Untuk mengetahui bagaimanakah proses belajar terjadi pada anak, baiklah kita lihat bagaimana syarat-syarat untuk pertumbuhan.
·  Menurut Dewey, pendidikan sama artinya dengan pertumbuhan. Syarat pertumbuhan adalah adanya kebelumdewasaan (immaturity), yang berarti kemampuan untuk berkembang. Immaturity tidak berarti negatif melainkan positif, yaitu kemampuan, kecakapan, dan kekuatan untuk tumbuh. Ini menunjukkan bahwa anak adalah hidup. Ia memiliki semangat untuk berbuat. Pertumbuhan bukanlah sesuatu yang harus kita berikan, melainkan sesuatu yang harus mereka lakukan.
·  Ada dua sifat dari immaturity yaitu kebergantungan dan plastisitas. Kebergantungan berarti kemampuan untuk menyatakan hubungan sosial dan ini akan menyebabkan individu itu matang dalam hubungan sosial. Sebagai hasilnya, akan tumbuh interpedensi atau saling kebergantungan antara anggota masyarakat yang satu dengan yang lain.
·  Plastisitas mengandung pengertian kemampuan untuk berubah. Plastisitas juga berarti habitat yaitu kecakapan menggunakan keadaan lingkungan sebagai alat untuk mencapai tujuan, bersifat aktif mengubah lingkungan.
·  Kapankah proses belajar itu dimulai dan kapankah berakhir ? Sesuai dengan pandangan John Dewey, bahwa pendidikan itu adalah pertumbuhan itu sendiri, maka pendidikan dimulai sejak lahir dan berakhir pada saat kematian. Demikian pula halnya dengan belajar yang tak pernah lepas dari pendidikan atau dapat dikatakan bahwa belajar identik dengan pendidikan. Pendidikan adalah pengalaman, yaitu suatu proses yang berlangsung terus menerus.
  • Belajar dari pengalaman adalah bagaimana menghubungkan pengalaman kita dengan pengalaman masa lalu dan yang akan datang. Belajar dari pengalaman berarti mempergunakan daya fikir reflektif (reflektive thinking), dalam pengalaman kita.
  • Pengalaman yang efektif adalah pengalaman yang reflektif. Ada lima langkah berfikir reflektif menurut John Dewey, yaitu :
  1. merasakan adanya keraguan, kebingungan yang menimbulkan masalah.
  2. mengadakan interpretasi tentative (merumuskan hipotesis)
  3. mengadakan penelitian atau pengumpulan data yang cermat
  4. memperoleh hasil dari hipotesis tentative
  5. hasil pembuktian sebafai sesuatu yang dijadikan dasar untuk berbuat.
     3.4.1 Tugas-tugas Perkembangan Pada  Pembelajaran.
  • Tugas-tugas perkembangan atau developmental tasks adalah sikap, pengetahuan, dan keterampilan (perbuatan atau tingkah laku) yang seyogyanyalah dimiliki oleh oleh setiap individu sesuai dengan fase perkembangannya.
  • Munculnya tugas perkembangan bersumber kepada empat factor, yaitu : kematangan fisik, kematangan psikis, tuntutan masyarakat secara cultural, dan tuntutan norma agama.


3.4.1.1 Tugas Perkembangan Anak Usia Dini
  • belajar berjalan
  • belajar memakan makanan padat
  • belajar berbicara
  • belajar buang air kecil dan air besar
  • belajar mengenal perbedaan jenis kelamin
  • mencapai kestabilan jasmaniah fisiologis
  • mengenal konsep-konsep sederhana tentang aspek social dan alam
  • belajar berhubungan emosional dengan orangtua, saudara, dan orang lain
  • belajar mengenal konsep baik dan buruk, yang berarti mengembangkan kata hati.

3.4.1.2 Tugas Perkembangan Anak Usia Sekolah
  • belajar memperoleh keterampilan fisik untuk melakukan permainan
  • belajar memperoleh keterampilan fisik untuk melakukan permainan
  • belajar bergaul dengan teman sebaya
  • belajar memainkan peranan sesuai dengan jenis kelaminnya
  • belajar keterampilan dasar dalam membaca, menulis dan berhitung
  • belajar mengembangkan atau memahami konsep-konsep tentang tingkah laku, kehidupan social, dan alam.
  • Belajar mengembangkan sikap-sikap social yang positif terhadap orang lain
  • Belajar mengembangkan kata hati (tentang baik-buruk, benar-salah)
3.4.1.3 Tugas Perkembangan Remaja
  • mencapai hubungan baru dan lebih matang dengan teman sebaya, baik sesama jenis kelamin maupun dengan jenis kelamin yang berbeda.
  • Mematangkan diri dalam peranan sosial sebagai laki-laki atau perempuan.
  • Menerima keadaan jasmaniahnya sendiri sebagaimana adanya dan memanfaatkannya secara efektif.
  • Mencapai kemandirian pribadi, baik terhadap orangtua maupun terhadap orang lain.
  • Memilih dan menyiapkan diri untuk pekerjaan tertentu.
  • Menyiapkan diri untuk pernikahan dan kehidupan berkeluarga
  • Mengembangkan konsep-konsep dan kemampuan intelektual untuk hidup ebagai warga Negara.
  • Mencapai jaminan untuk kemandirian dalam bidang ekonomi
  • Mengembangkan kemauan dan kemampuan bertingkah laku social secara positif
  • Mengembangkan seperangkat system nilai dan etika sebagai pedoman dalam bertingkah laku.
Implikasi proses perkembangan terhadap belaja diswasar
Upaya yang dapat dilakukan untuk memperlancar proses perkembangan anak-anak SD khususnya di sekolah diantaranya adalah :
  1. menciptakan situasi sekolah yang dapat menimbulkan rasa “betah” bagi anak didik, baik secara sosial, fisik maupun akademis.
  2. usaha memahami anak didik secara menyeluruh, baik prestasi belajar, sosial, maupun seluruh aspek pribadinya.
  3. menggunakan metode, media, dan sumber belajar yang bervariasi yang daapat menimbulkan gairah dan meningkatkan motivasi belajar siswa.
  4. menyediakan sarana dan prasarana yang mendukung pelaksanaan kegiatan belajar mengajar yang aktif, kreatif dan menyenangkan
  5. sekolah sebagai mini society memberikan kesempatan bagi siswa untuk berinteraksi dengan lingkungan secara fisik, social dengan aturan dan norma yang jelas dan mudah dipahami
  6. mengoptimalkan program pembiasaan di sekolah dalam rangka pembentukan karakter siswa seperti berbahasa yang santun, berlaku sopan, dan lain-lain.
  7. sekolah menjalin kerjasama dan hubungan yang baik dengan orangtua, tokoh masyarakat, dewan sekolah atau pihak terkait untuk meningkatkan mutu pendidikan
  8. mengembangkan ketauladan dari guru dan kepala sekolah yang baik seperti memberi sikap ramah, optimis, mampu mengontrol diri, tidak mudah terganggu, tindakannya teratur, mempunyai rasa humor,dll.
  9. mengoptimalkan peran bimbingan dan konseling
  10. menciptakan iklim kerja yang kondusif, penuh kekeluargaan antar sesame guru, kepala sekolah dan seluruh komponen sekolah.


BAB IV
PENUTUP
5.1  Kesimpulan                                   
Dengan beberapa penjabaran yang dijelaskan diatas maka saya secara pribadi menyimpulkan tingkat keberhasilan dan kegagalan pendidik atau guru akan banyak ditentukan oleh profesionalisme pendidik didalam segala kondisi suasana, lingkungan, keluarga, sarana antara lain :
Hubungan Proses Perkembangan Individu dengan belajar saya simpulkan sbb :
Ø  Kematangan dan belajar memainkan peranan yang sangat penting dalam proses perkembangan individu.
Ø  Dalam bukunya, Elizabeth B.Hurlock mengemukakan tiga fakta penting yang mengungkapkan keterkaitan antara belajar dan kematangan yang memiliki peranan penting terhadap proses perkembangan individu
Ø  Perkembangan tidak dapat dipisahkan dari proses belajar. Pertumbuhan suatu materi jasmaniah dapat menumbuhkan fungsi dan bahkan perubahan fungsi pada materi jasmaniah itu. Perubahan fungsi jasmaniah dapat menghasilkan kematangan atas fungsi itu. Kematangan fungsi-fungsi jasmaniah sangat mempengaruhi perubahan pada fungsi-fungsi kejiwaan.


5.2  Saran
            Adapun beberapa saran yang dapat saya sampaikan yaitu :
  1. Sebagai generasi muda (mahasiswa BK) harus lebih memahami pentingnya proses tahapan pembelajaran pada perkembangan peserta didik khususnya seorang guru yang nantinya akan menerapakan ilmu kependidikanya kepada peserta didik.
  2. Sebagai generasi muda (mahasiswa BK) Hakekat perkmbangan dan belajar Perkembangan Pribadi Manusia.
  3. Sebagai harus memperdalam lagi wawasan mengenai hubungan antara perkembangan individu dengan belajar
Saya menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini mulai dari pengumpulan data sampai dengan terwujudnya makalah ini tidak lepas kritik yang bersifat membangun dan pembaca demi kesempurnaan makalah pada masa yang akan datang.


DAFTAR PUSTAKA


1)      Fatimah, Enung, 2006, Psikologi Perkembangan, Bandung : Pustaka Setia
2)      Sunarto,H.dkk, 2002, Perkembangan Peserta Didik, Jakarta : Pusat Perbukuan Depdikbud & PT Rineka Cipta
3)      Al-Mighwar,M, 2006, Psikologi Remaja, Bandung : Pustaka Setia
4)      Dahar, Ratna Wilis, 1989, Teori-Teori Belajar, Jakarta : Erlangga
5)      Gardner, Howard, (terjemahan Sindoro,A),2003, Kecerdasan Majemuk: Teori dalam Praktek. Batam, PT Interaksara.



No comments:

Post a Comment